Artikel

PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DENGAN STRATEGI PAILKEM

Indri Anatya Permatasari
Mahasiswa Pascasarjana Magister Pendidikan Bahasa Indonesia UHAMKA

Abstrak: Bahasa dan sastra sangat terkait erat dalam kehidupan manusia. Ia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam perjalanan budaya dan peradaban karya cipta manusia itu sendiri. Bahasa dan sastra seperti pisau tajam, bahkan jauh lebih tajam, yang mampu merobek-robek dada dan menembus ulu hati, bahkan jiwa dan pemikiran. Pisau tajam ini juga mampu menjadi alat paling efektif untuk membuat ukiran patung karya kehidupan yang paling indah. Terutama sastra bisa lebih halus daripada sutra yang paling halus hingga mampu menelusup ke dalam relung jiwa hingga tunduk dan pasrah pada kekuatannya.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra harus dikemas dengan menarik karena diharapkan mampu menarik perhatian siswa. Dalam hal ini, terutama guru, harus mampu mengenalkan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Untuk itu pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam hal ini guru bahasa Indonesia harus memilih strategi yang tepat agar dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Strategi pailkem sesuai dengan kurikulum 2013, yang berpusat pada siswa, siswa sebagai subjek dengan pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Kata kunci:, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, strategi PAILKEM,

Abstract : Language and literature strongly associated in people’s lives. He became an integral part of culture and civilization in the course of man’s own copyrighted works. Language and literature such as sharp knives, even more sharply, which is capable of shredding chest and penetrate the gut, even the soul and mind. Sharp knife is also able to be the most effective tool to make the carving of the most beautiful works of life. Especially literature could be finer than the most delicate silk to be able infiltrates into the recesses of the soul to submit and surrender to its power.
Learning Language and Literature should be packed with appealing because it is expected to attract the attention of students. In this case, especially teachers, should be able to introduce learning Indonesian language and literature. For learning the Indonesian language and literature teachers in this case Indonesian need to choose the right strategy in order to increase student interest in learning Indonesian language and literature. Pailkem strategy in accordance with the 2013 curriculum, student-centered, students as subjects with active learning, innovative, environmental, creative, effective and fun.
Keywords :, learning Indonesian language and literature, PAILKEM strategy

Pendahuluan
Pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah selalu berada pada posisi yang biasa-biasa saja. Bahkan, posisi pelajaran yang tidak disenangi siswaa karena banyak siswa yang menyampingkan pelajaran tersebut dan lebih mengutamakan pelajaran yang lebih eksak seperti matematika, fisika, kimia, dan lain-lain. Siswa kurang antuasias dalam mengikuti pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Ini bisa disebabkan karena gurunya, materinya, atau cara penyampaian gurunya di kelas.
Padahal pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah termasuk pelajaran inti. Pelajaran yang menentukan seorang siswa naik kelas atau tidak. Hakikatnya pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah ditujukan untuk menumbuhkan kepedulian siswa terhadap keberadaan bahasa dan sastra Indonesia sebagai alat komunikasi dan sebagai alat pemersatu bangsa. Sesuai dengan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai nasional, negara dan daerah.
Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, serta kemampuan siswa untuk tahap perkembangan selanjutnya. Selain itu, pembelajaran harus dapat membantu siswa dalam pengembangan kemampuan berbahasa di lingkungannya, bukan hanya untuk berkomunikasi, namun juga untuk menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui bahasa, siswa mampu mempelajari nilai-nilai moral atau agama, serta nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat, melalui bahasa, siswa juga mampu mempelajari berbagai cabang ilmu
Dalam kurikulum 2013 pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menekankan pada pembelajaran berbasis teks dan standar kompetensi lulusannya diturunkan dari kebutuhan serta semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Jadi pembentukan sikap siswa dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Keterampilan siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan terasah dan terampil dalam penggunaannya sehingga berguna pada kehidupan mereka baik sekarang atau nanti. Kognitif siswa juga diharapkan untuk kemajuan dan perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Harapan untuk generasi mendatang dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada siswa adalah lahirnya generasi-generasi yang cinta dan bangga terhadap bahasa Indonesia serta terampil dan cerdas dalam berbahasa Indonesia. Mereka tidak lagi menyampingkan bahasa Indonesia dengan mengutamakan bahasa asing.
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya, yaitu sarana berkomunikasi, sarana berpikir atau bernalar, sarana persatuan dan sarana kebudayaan. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, sebagai sarana belajar komunikasi, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar tersebut, meliputi empat aspek ketrampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek ketrampilan tersebut saling berkaitan satu sama lain dengan cara yang beraneka ragam.
Oleh karena itu, penyajian materi bahasa dan sastra di sekolah harus disiasati semenarik mungkin agar siswa antusias dalam belajar bahasa dan sastra Indonesia. Apalagi pada kurikulum 2013, materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA terlalu general. Guru bidang studi pembelajaran bahasa Indonesia ini diharapkan dapat kreatif dan selalu penuh ide dalam menyampaikan materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia tersebut. Misalnya, untuk kelas X pada semester ganjil, materi anekdot, apabila guru tersebut hanya bergantung pada buku pegangan saja maka sangat terasa pelajaran tersebut membosankan atau tidak berkembang sehingga tidak tercapai tujuan dari kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik dengan tingkat akhir, yaitu mengomunikasikan. Akibatnya siswa kurang paham bahkan tidak mengerti pelajaran tersebut.
Materi-materi tentang tata bahasa, bentuk-bentuk paragraf, kalimat langsung dan tidak langsung, kalimat tunggal, kalimat majemuk, unsur-unsur instrinsik sastra, ekstrinsik sastra dan lain lain kurang ditampilkan pada kurikulum 2013 kalau tidak gurunya yang kreatif. Kuncinya tetap ada pada gurunya. Guru harus mencari strategi tepat dalam menyampaikan materi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Pembahasan
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Pada dasarnya Belajar merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses dalam pikiran siswa.
Secara etimologi belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Dalam hal ini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan, dan memiliki tentang sesuatu
Slameto (1998: 2) mengartikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dan interaksi dengan lingkungannya
Adapun sumber-sumber belajar dapat berupa manusia maupun bukan manusia. Oleh karena itu, belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses yang kompleks bagi si pembelajar, guna menjalani suatu pengalaman edukatif berupa perubahan-perubahan pola tingkah laku tersebut diorganisir untuk mencapai prestasi belajar berdasarkan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Belajar sangat berhubungan dengan perubahan mental dalam diri individu yang sedang belajar yang diperoleh dari interaksi aktif dengan lingkungannya secara sengaja. Perubahan tingkah laku itu sendiri hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan latihan. Perubahan-perubahan bukan perubahan negatif, tetapi perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju kearah kemajuan atau kearah perbaikan.
Proses belajar sesungguhnya bukan semata kegiatan menghafal. Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam. Mempelajari bukanlah mengambil semuanya. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, siswa harus mengolahnya atau memahaminya. Seorang guru tidak dapat dengan serta-merta menuangkan sesuatu ke dalam benak para siswanya, karena siswa sendirilah yang harus menata apa yang mereka dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang bermakna.
Begitu halnya dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah adalah proses belajar bahasa yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Pada kurikulum 2013, proses pembelajaran berdasarkan karakteristik penguatan sebagai berikut:
1. Menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar,mengomunikasikan.
2. Menggunakan ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
3. Menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi tahu [discovery learning].
4. Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berfikir logis, sistematis, dan kreatif.
Jadi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dengan menggunakan pendekatan saintifik dan menuntun siswa untuk mencari tahu melalui pengalamannya sendiri dengan menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berpikir logis, sistematif dan kreatif.
Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa pada kurikulum 2013 agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Memahami struktur teks, baik dalam genre sastra maupun nonsastra, serta unsur kebahasaan dan fungsi sosialnya
b. Membandingkan teks dalam bentuk lisan dan tulisanMenganalisis teks baik melalui lisan maupun tulisan
c. Mengevaluasi teks berdasarkan kaidah-kaidah teks, baik melalui lisan maupun tulisan
d. Menginterpretasi makna teks, baik secara lisan maupun tulisan
e. Memproduksi teks, baik secara lisan mupun tulisan
f. Menyunting teks sesuai dengan struktur dan kaidah teks, baik secara lisan maupun tulisan
g. Mengabstraksi teks, baik secara lisan maupun tulisan
h. Mengonversi teks ke dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks, baik secara lisan maupun tulisan
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan bahwa peran guru lebih erat kaitannya dengan keberhasilan siswa, terutama berkenaan dengan kemampuan guru dalam menetapkan strategi pembelajaran.
Menurut Wena (2011:5) strategi pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
Strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. PAILKEM merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, dan Menarik. (Mohamad, 2011:10-16).
a. Pembelajaran yang Aktif
Konsep pembelajaran Aktif bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran, tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif.
Beberapa ciri dari pembelajaran yang aktif sebagaimana dikemukakan dalam panduan pembelajaran model ALIS (Actife Learning in School, 2009) adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, (3) pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi, (4) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, (5) pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), (6) pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar, (7) pembelajaran berpusat pada anak, (8) penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar, (9) guru memantau proses belajar siswa, dan (10) guru memberikan umpan balik terhadap hasil kerja anak.
b. Pembelajaran yang Inovatif
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar belajar. Pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran dimana seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan juga mengemukakan gagasannya. Di samping aktif, pembelajaran juga harus menyenangkan.
Pembelajaran inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong aktifitas belajar. Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa yang sedang belajar. Guru juga tidak tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari siswa.
c. Pembelajaran yang Menggunakan Lingkungan
Lingkungan merupakan sumber belajar yang paling efektif dan efisien serta tidak membutuhkan biaya yang besar dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Gredler (1986) menegaskan bahwa proses perubahan sikap dan tingkah laku itu pada dasarnya berlangsung pada suatu lingkungan buatan (eksperimental) dan sangat sedikit sekali bergantung pada situasi alami (kenyataan). Oleh karena itu, lingkungan belajar yang mendukung dapat diciptakan, agar proses belajar dapat berlangsung secara optimal.
Konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan memberikan peluang yang sangat besar kepada peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya, dan secara umum konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan dapat meningkatkan motivasi belajar dari peserta didik.
Strategi pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah salah satu strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang dalam kitab atau buku yang merupakan pegangan guru. Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungannya. Dengan mengetahui lingkungan yang ada disekitarnya, maka kelak siswa setelah selesai belajar, dia akan berusaha memanfaatkan lingkungan ini sebagai sumber daya yang akan dikelolanya sebagai sumber yang dapat memberikan nilai tambah baginya.
Strategi pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah salah satu strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang dalam kitab atau buku yang merupakan pegangan guru. Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungannya. Dengan mengetahui lingkungan yang ada disekitarnya, maka kelak siswa setelah selesai belajar, dia akan berusaha memanfaatkan lingkungan ini sebagai sumber daya yang akan dikelolanya sebagai sumber yang dapat memberikan nilai tambah baginya.
d. Pembelajaran yang Kreatif
Pembelajaran yang kreatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran kreatif ini pada dasarnya mengembangkan belahan otak kanan anak yang dalam teori Hemosfir disebutkan bahwa belahan otak anak terdiri dari belahan kiri dan belahan kanan. Belahan kiri sifatnya konvergen dengan ciri utamanya berpikir linier dan teratur, sementara belahan otak kanan sifatnya difergen dengan ciri utamanya berpikir konstruktif, kreatif, dan holistik. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa.
Dinamika lingkungan kehidupan yang berkembang dinamis dalam semua aspek menjadi tantangan bagi guru sebagai agen pembelajar sekaligus agen perubahan karena seorang guru harus profesional, yaitu bagaimana guru memerankan kedudukan dan fungsi profesionalnya untuk meningkaykan layanan pendidikan. Tuntutan masyarakat terhadap layanan pendidikan yang bermutu semakin mendorong guru untuk kreatif menciptakan layanan pembelajaran yang inovatif, berpusat pada siswa dan dilandasi nilai-nilai religi dan kearifan lokal. Nilai-nilai religi dan kearifan lokal harus mnejadi “ruh” dan pendukung kekuatan (support power) bagi guru untuk lebih memerankan kedudukan dan fungsi profesionalnya serta meningkatkan layanan pendidikan yang berkualitas.
e. Pembelajaran yang Efektif
Pembelajaran yang efektif adalah salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan guru dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran yang efektif ini menghendaki agar siswa yang telah mempunyai sejumlah potensi ini belajar lalu dikembangkan melalui kompetensi yang telah ditetapkan, dan dalam waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa dengan baik atau tuntas. Segala pertimbangan dalam strategi ini menyangkut tujuan yang disusun berdasarkan kemampuan siswa, pemilihan materi yang benar-benar menunjang tujuan, penetapan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, penggunaan media yang pas serta evaluasi yang tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan, pada akhirnya tetap terpulang pada bagaimana peran seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Yusuf Hadi Miarso (1993) memandang bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan belajar yang bermanfaat dan terfokus pada siswa (student centered) melalui penggunaan prosedur yang tepat. Definisi ini mengandung arti bahwa pembelajaran yang efektif terdapat dua hal penting, yaitu terjadinya belajar pada siswa dan apa yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya.
Suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil baik, jika kegiatan belajar mengajar tersebut dapat membangkitkan proses belajar. Penentuan atau ukuran dari pembelajaran yang efektif terletak pada hasilnya. Menurut Wotruba dan Wright (1985) berdasarkan kajian dan hasil penelitian, mengidentifikasi 7 (tujuh) indikator yang dapat menunjukkan pembelajaran yang efektif.
1. Pengorganisasian Materi yang Baik
Pengorganisasian adalah bagaimana cara mengurutkan materi yang akan disampaikan secara logis dan teratur, sehingga dapat terlihat kaitan yang jelas antara topik satu dengan topik lainnya selama pertemuan berlangsung.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penyajian materi adalah bagaimana kemampuan daya serap peserta didik. Daya serap tersebut bertalian erat dengan motivasi dan kesiapan belajar mereka.
Kesiapan belajar individu ditentukan oleh penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari sebe;umnya, keterampilan membaca dan mendengar tingkat pendidikan yang telah dicapai, dan tingkat kesulitan materi. Pengorganisasian materi juga mencakup faktor penunjang lainnya yang digunakan selama proses penyajian. Faktor penunjang tersebut antara lain, yaitu penggunaan media, sikap, gerak-gerik mengajar, dan cepat lambat penyajian.
2. Komunikasi yang Efektif
Kecakapan dalam penyajian materi termasuk pemakaian media dan alat bantu atau teknik lain untuk menarik perhatian siswa, merupakan salah satu karakteristik pembelajaran yang baik. Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran mencakup penyajian yang jelas, kelancaran berbicara, interpretasi gagasan abstrak dengan contoh-contoh, kemampuan wicara yang baik (nada, intonasi, ekspresi), dan kemampuan untuk mendengar.
Kemampuan berkomunikasi tidak hanya diwujudkan melalui penjelasan secara verbal, tetapi dapat juga berupa makalah yang ditulis, rencana pembelajaran yang jelas dan mudah dimengerti.
Jenis komunikasi lain yang sangat penting adalah komunikasi interpersonal. Bagi seorang guru, membangun suasana hangat dengan para siswa dan antara sesama siswa sangatlah penting. Suasana saling menerima, saling percaya akan meningkatkan efektivitas komunikasi.
3. Penguasaan dan Antusiasme terhadap Materi Pelajaran
Seorang guru dituntut untuk menguasai materi pelajaran dengan benar, jika telah menguasainya maka materi dapat diorganisasikan secara sistematis dan logis. Penguasaan kan materi saja tidak cukup, penguasaan itu pula harus diiringi dengan kemauan dan semangat untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para siswa.
4. Sikap Positif terhadap Siswa
Sikap positif dapat ditunjukkan baik dalam kelas kecil maupun kelas besar. Dalam kelas kecil ditunjukkan dengan cara memberikan perhatian pada orang per orang, sedangkan dalam kelas besar diberikannya kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Bantuan kepada para siswa diberikan apabila mereka sudah berusaha sendiri.
5. Pemberian Nilai yang Adil
Keadilan dalam pemberian nilai tercermin dari adanya:
1. Kesesuaian soal test dengan materi yang diajarkan merupakan salah satu tolak ukur keadilan;
2. Sikap konsisten terhadap pencapaian tujuan pembelajaran;
3. Usaha yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan;
4. Kejujuran siswa dalam memperoleh nilai;
5. Pemberian umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa;
6. Keluwesan dalam Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang luwes dalam pembelajaran dapat tercermin dengan adanya kesempatan waktu yang berbeda diberikan kepada siswa yang memang mempunyai kemampuan yang berbeda. Kepada siswa yang mempunyai kemampuan yang rendah diberikan kesempatan untuk memperoleh tambahan waktu dalam kegiatan remedial. Sebaliknya kepada siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata diberikan kegiatan pertanyaan. Dengan demikian, siswa memperoleh pelayanan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
7. Hasil Pembelajaran Siswa yang Baik
Indikator pembelajaran efektif dapat diketahui dari hasil belajar siswa yang baik. Petunjuk keberhasilan belajar siswa dapat dilihat bahwa siswa tersebut menguasai materi pelajaran yang diberikan.
Pembelajaran yang efektif adalah salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan guru dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran yang efektif ini menghendaki agar siswa yang belajar dimana dia telah membawa sejumlah potensi lalu dikembangkan melalui kompetensi yang telah ditetapkan, dan dalam waktu tertentu kompetensi belajar dapat dicapai siswa dengan baik atau tuntas.
f. Pembelajaran yang Menarik
Muara dari strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah bagaimana proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa yang belajar.
Pembelajaran yang menarik lebih pada variabel hasil belajar. Ada 3 indikator yang masuk dalam variabel hasil belajar, yakni:
1. Keefektifan yang diukur dengan presentase yang diperoleh siswa berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan
2. Efisiensi yang diukur dengan keberhasilan yang dicapai tidak terlalu memikirkan waktu dan biaya yang terlalu besar
3. Menarik yang diukur dengan makin tinggi keefektifan pembelajaran
Dalam merancang teknik mengajar, aktivitas-aktivitas yang dipilih perlu mempunyai urutan yang baik. Ia perlu diselaraskan dengan isi kemahiran dan objektif pembelajaran. Penggunaan kaidah dan teknik yang bervariasi akan menjadikan sesuatu pembelajaran itu menarik dan akan memberi ruang untuk membolehkan pelajar terlibat secara aktif sepanjang sesi pembelajaran tanpa merasa jemu dan bosan.
Dalam pembelajaran, terdapat beberapa kaidah dan teknik yang berkesan boleh digunakan oleh guru. Dari segi penggunaan teknik, guru boleh menggunakan apa saja teknik yang dipikirkan, misalnya teknik menerangkan, teknik mengkaji, teknik penyelesaian masalah dengan cara yang mudah, dan teknik bercerita. Muara dari strategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah bagaimana proses pembelajaran itu bisa berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa yang belajar.
Inti dari strategi pembelajaran yang menarik terletak pada bagaimana memberikan pelayanan kepada siswa sebab posisi siswa jika diibaratkan dalam sebuah perusahaan, maka siswa merupakan pelanggan yang perlu dilayani dengan baik.

Penutup
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswa. Selain itu, tujuan umum pembelajaran sebuah bahasa adalah memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Dengan pembelajaran bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Pendidikan bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Dengan pembelajaran bahasa Indonesia agar siswa diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar serta dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien baik secara lisan maupun tulis sesuai dengan etika yang berlaku.
2. Siswa bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa pemersatu bangsa Indonesia.
3. Siswa mampu memahami bahasa Indonesia serta dapat menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4. Siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5. Siswa dapat membaca dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6. Siswa diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia serta menghargai dan bangga terhadap sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual Indonesia.
Aspek kemampuan berbahasa yang meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa maupun ragam sastra merupakan ruang lingkup standar kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia.
Bahasa dan manusia serta kehidupannya adalah sebuah persoalan yang penting dan menarik untuk dibahas secara komprehensif. Bahasa merupakan budaya manusia dan kehidupannya. Manusia dan kehidupannya mempunyai hubungan yang rapat dengan bahasa. Manusia tanpa bahasa tidak mungkin begitupula bahasa tidak mungkin ada apabila tidak ada manusia yang menggunakannya. Bahasa adalah alat komunikasi antar manusia. Bahasa juga merupakan identitas suatu bangsa. Begitu halnya dengan bahasa Indonesia yang merupakan lambang dan identitas bangsa Indonesia.
Namun sayangnya pembelajaran bahasa Indonesia di dunia pendidikan kita saat ini masih belum terlihat baik. Nilai-nilai UN pada mata pelajaran bahasa Indonesia masih banyak di bawah standar yang diharapkan. Siswa-siswa di sekolah masih menganggap pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mudah sehingga dikesampingkan dan lebih mengutamakan pelajaran-pelajaran eksak. Mereka belum menganggap bahwa pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia itu sangat penting dan berarti untuk kehidupan mereka.
Tugas guru bahasa Indonesialah untuk menanamkan sikap peduli dan antusias dalam proses belajar bahasa Indonesia. Guru yang baik akan mencari strategi yang tepat agar pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia ini sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Strategi pailkem ini sangat tepat dipilih guru untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Strategi pailkem yang merupakan pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif dan menarik sangat sesuai dengan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 yang standar kompetensi lulusannya diturunkan dari kebutuhan siswa dan berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Strategi pailkem merupakan strategi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan berpusat pada siswa. Strategi ini mencoba menjawab tantangan kurikulum 2013, yaitu pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekedar pengetahuan bahasa melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara kontekstual.
Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam hal ini adalah strategi PAILKEM pada kegiatan pembelajaran maka diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi. Namun, perlu ditekankan di sini, strategi PAILKEM ini bukanlah istilah yang baru dan ini tidak lebih dari salah satu alternatif dari sekian banyak alternatif yang seharusnya memang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Broto, A.S. 1982. Metode Proses Belajar-Mengajar Berbahasa Dewasa Ini. Solo: Tiga Serangkai.

Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI

Mohamad, Nurdin dan Hamzah B. Uno. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

http://www.sekolahdasar.net/2012/04/hakikat-dan-kedudukan-pembelajaran.

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Leave a comment